Sabtu, 01 Januari 2011

HADITS DHOIF

HADIST DHOIF Jangan Bersedih dengan Hadits Dhaif !7 Juli 2008 • Disimpan dalam Agama • Tagged fadlilah amal, hadits dhaif, hadits lemah, hadits maudhu, hadits palsu, hasan, Imam Bukhori, nash, qaul, sohihSalah satu senjata yang sering digunakan untuk menyerang Jamaah Tabligh adalah dengan mengatakan bahwa jamaah ini banyak menyandarkan gerakannya pada hadits-hadits yang dhaif (lemah) bahkan maudhu’ (palsu).Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah. Kitab Fadhail A’mal-nya Maulana Zakariyya Kandahlawi, disamping memuat hadits-hadits yang sohih dan hasan, juga memuat hadits-hadits yang dihukumi dhaif, tetapi bukan hadits maudhu’.Permasalahan yang menyangkut hadits dhaif sebenarnya sudah selesai sejak berabad-abad lalu. Jumhur ulama telah sepakat bulat bahwa hadits-hadits dhaif boleh digunakan sepanjang untuk fadhilah amal, untuk memotivasi agar orang lebih terdorong untuk beramal, bukan untuk masalah aqidah dan menetapkan hukum syara’.Ulama-ulama hadits terkemuka pada jaman dulu juga mencantumkan hadits-hadits dhaif ini ke dalam kitab-kitab hadits mereka, misalnya Sunan At-Tirmidzi, Al-Baihaqi, Al-Mustadrak Imam Hakim, Mishkat Al-Masabih dan lain-lainnya. Bahkan Imam Bukhori sendiri yang terkenal dengan kitabnya yang paling sohih juga banyak memuat hadits dhaif dalam salah satu kitab beliau, Al-Adabul Mufrad.Kitab-kitab tentang fadhilah amal seperti yang ditulis oleh Maulana Zakariyya Kandahlawi juga bukan barang baru yang pertama kali ditulis oleh ulama. Banyak kitab-kitab semacam yang juga telah ditulis oleh para ulama terdahulu semisal Kitabuz Zuhd oleh Abdullah bin Mubarak (Rahimahullah), Fadhailul Quran oleh Imam Shafi (Rahimahullah), Kitab Al-Adabul Mufrad oleh Imam Bukhari (Rahimahullah), Kitab Targhib Wat Tarhib oleh Imam Munziri (Rahimahullah) dan masih banyak lagi yang lainnya.Mereka yang masih “usil” mempermasalahkan masalah hadits dhaif sebenarnya sudah ketinggalan jaman dan kayaknya perlu banyak membaca lagi khazanah ilmu hadits yang sebenarnya sangat luas.Selain itu juga harus dibedakan pengertian antara hadits dhaif dan hadits maudhu’ (hadits palsu), hadits dhaif masih bisa dirunut sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW, meskipun ada beberapa catatan pada sanad (jalur periwayatan) maupun matan (content) haditsnya. Sedangkan hadits maudhu’ (palsu) disamping matannya sering bertentangan dengan nash yang sohih, sanadnya juga tidak dapat dirunut sampai kepada Rasulullah SAW.Disamping itu juga harus dibedakan antara hadits maudhu’ dengan qaul (pendapat) para sahabat, tabiin, atau tabiut tabiin, serta ulama-ulama terkemuka lainnya yang punya otoritas keilmuan di bidangnya. Qaul-qaul tersebut tidak dapat dinisbatkan sebagai hadits tetapi banyak diantara qaul-qaul tersebut yang mendasarkannya pada nash-nash yang sohih juga.Dengan banyak melakukan kajian semacam di atas , insyaallah kita akan lebih terbuka dan tidak mudah memberi label “sesat” kepada satu orang, kelompok atau jamaah yang berbeda dengan kita yang kebetulan menggunakan hadits dhaif sebagai salah satu referensinya. Wallahu a’lamDiposkan oleh Tabglih di 19.34 0 komentarIjtima’ Telah Usai Tapi Kerja Kita Belum SelesaiIjtima’ Telah Usai Tapi Kerja Kita Belum Selesai11 Agustus 2008 • Disimpan dalam Agama • Tagged ijtima indonesia, ijtima serpong, ijtima tabligh, ijtima', Jamaah Tabligh, khuruj, pertemuan umat islamAlhamdulillah, ijtima’ Serpong telah selesai dilaksanakan tanggal 8 -10 Agustus 2008 dengan “sukses”. Ini jika dilihat dari jumlah jamaah yang hadir, program-program yang dilaksanakan, medan ijtima’ yang sangat munasib dan cuaca yang sangat bersahabat.Bahkan pada hari ketiga, hari penutupan, sinar matahari yang biasanya menyengat, siang itu terasa sangat teduh melindungi ribuan jamaah yang tengah khusyu’ mendengarkan bayan hidayah dari Maulana Mustaqim dari Nizamuddin.Jumlah jamaah yang hadir dalam ijtima’ 7 propinsi tersebut adalah sebanyak 52.150 orang. Jumlah ini merupakan hasil pencatatan yang dilakukan oleh tim istiqbal terhadap setiap jamaah yang masuk dalam medan ijtima’.Dari ijtima’ tersebut berhasil dikeluarkan sebanyak 1.043 rombongan terdiri dari ; 2 jamaah keluar 1 tahun, 3 jamaah 4 bulan ke negeri jauh, 18 jamaah 4 bulan ke India Pakistan Bangladesh (IPB), 50 jamaah 4 bulan jalan kaki, 213 jamaah 4 bulan biasa, 34 jamaah 40 hari jalan kaki dan 723 jamaah 40 hari biasa.Kalau dihitung jumlah setiap jamaah rata-rata 8 orang maka jumlah jamaah yang dikeluarkan adalah sekitar 8.300 orang. Jamaah yang lain, sekitar 44.000 orang kembali ke rumah insyaallah dengan niat untuk menghidupkan amal maqomi di tempat masing-masing.Meskipun ijtima telah usai dilaksanakan, bukan berarti pekerjaan telah selesai. Pekerjaan yang lebih besar masih menunggu untuk dilaksanakan, pekerjaan tersebut adalah bagaimana kita meningkatkan pengorbanan kita untuk menghidupkan amal maqomi ketika kita berada di tempat kita masing-masing dan menghidupkan amal intiqali ketika kita sedang keluar.Dakwah adalah pekerjaan tiada henti. Rasulullah SAW dan para sahabat beliau dulu melakukannya siang malam tanpa kenal lelah. Siang menjumpai manusia untuk menyeru dan merayu agar mereka mau beriman kepada Allah SWT, malamnya beliau dan para sahabat mengadu dan merayu kepada Allah SWT agar Allah menurunkan hidayahnya kepada manusia agar mereka mau menerima agama.Sehabis menerima wahyu yang berisi perintah untuk mendakwahkan agama, Rasulullah berkata kepada istri tercinta beliau, ibunda kaum beriman, Khadijah binti Khuwailid RA, “La rahata ba’da hadzal yaum, tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha setelah hari ini”.Rasulullah melakukan pekerjaan dakwah tidak hanya ketika beliau tinggal di Mekkah saja, di Madinah beliau terus berdakwah sampai akhir hayat beliau.Ketika Allah SWT mewafatkan beliau, beliau masih dalam keadaan sibuk mempersiapkan rombongan/pasukan dakwah yang dipimpin oleh seorang anak muda, Usamah bin Zaid RA.Marilah kita niatkan diri kita untuk menjadikan tugas dakwah ini menjadi tugas utama kita, kita lakukan tugas ini sampai akhir hayat ketika ajal menjemput kita, bahkan kita niatkan untuk diteruskan oleh anak cucu kita sampai yaumil akhir nanti. Insyaallah oPesan Wali Song

Tambahan;1. Satu jemaah 4bulan dari Kuala Lumpur telah siap dan diluluskan untuk keluar ke Turki, akhir bulan ni.2. Satu jemaah lagi seramai 8 orang, juga dari Kuala Lumpur telah siap untuk keluar pada Mac ini. Route dicadangkan ke Perancis tetapi belum mendapat kelulusan Bangawali Masjid, Nizamuddin. (2Mac09-jemaah ini telah diputuskan untuk keluar di Netherlands)

InsyaAllah dan wallahua'lam.

SANAD ILMU MAULANA ZAKARIYA Maulana Zakariyya Kandahlawi dan Kajian HaditsMaulana Zakariyya Kandahlawi dan Kajian Hadits10 Juli 2008 • Disimpan dalam Agama • Tagged bukhori, hadits, Jamaah Tabligh, karkun, khuruj, maulana ilyas, maulana zakariyya, sohih muslim, usaha dakwah, zakaria, zakariyaMaulana Zakariyya Kandahlawi lahir pada tanggal 10 Ramadhan 1315 H, bertepatan dengan 12 Februari 1898, di sebuah desa bernama Kandlah di wilayah Uttar Pradesh India, dari sebuah keluarga yang mempunyai sejarah panjang dalam pengabdian pada agama. Silsilah keluarga beliau bersambung sampai kepada Sahabat besar Abu Bakar Ashshidiq RA.Zakariyya kecil mulai belajar membaca kepada Hakim Abdur Rahman, kemudian menghafal Alquran di bawah bimbingan langsung sang ayah, Maulana Muhammad Yahya, seorang ulama besar yang cukup terpandang di India. Setelah itu belajar bahasa Persia dan bahasa Arab kepada Maulana Muhammad Ilyas, pendiri gerakan Tabligh.Pada usia 12 tahun, Maulana Zakariyya dibawa oleh sang ayah ke Madrasah Mazahirul Ulum. Di bawah bimbingan sang ayah, beliau mempelajari bahasa Arab tingkat lanjut, teks-teks klasik, nahwu, sharaf dan ilmu mantiq.Ketika menginjak usia 17 tahun, minat utamanya mulai terfokus pada bidang kajian ilmu hadits. Beliau mempelajari 5 dari 6 kutubussittah. Bahkan beliau sempat belajar untuk kedua kalinya kitab Sahih Bukhori dan Sunan at-Tirmidzi kepada Maulana Khalil Ahmad Saharanpuri. Selama mempelajari kitab-kitab tersebut, Maulana Zakariyya selalu menjaga wudlu’.Maulana Zakariyya memulai karier mengajarnya pada tahun 1335 H, ketika beliau ditunjuk untuk mengajar di mata pelajaran nahwu, sharaf dan sastra. Pada tahun 1341 H, kemudian ditunjuk untuk mengajar tiga bagian dari kitab Sahih Bukhori dan pada tahun 1344 H ditambah lagi mengajar kitab Mishkat al-Masabih.Pada tahun 1345 H, beliau berkesempatan mengunjungi tanah suci. Di Madinah beliau tinggal selama 1 tahun dan selama itu mengajar Sunan Abi Dawud di Madarasah Ulum Shar’iyyah. Di Kota Nabi ini, Maulana mulai menulis Awjaz al-Masalik ila Muwatta’ Imam Malik, syarah kitab Al-Muwatta’nya Imam Malik, ketika itu beliau berumur 29 tahun.Ketika kembali ke India, beliau mulai lagi mengajar kitab Sunan Abi Dawud, Sunan al-Nasai, Al-Muwatta Imam Muhammad dan separuh bagian dari Sahih Bukhari, separuhnya lagi diajarkan oleh direktur madrasah. Setelah sang direktur wafat, tugas mengajar Sahih Bukhari ini diberikan seluruhnya kepada Maulana Zakariyya.Selama hidup beliau, beliau telah mengajar separuh bagian pertama dari Sahih Bukhari selama 25 kali, mengajar seluruh kitab tersebut selama 16 kali dan mengajar kitab Sunan Abi Dawud sebanyak 30 kali. karier beliau mengajar bertahan sampai tahun 1388 H, ketika beliau menderita sakit mata yang tidak memungkinkan lagi untuk terus mengajar.Kecintaan Maulana Zakariyya pada agama, terutama pada kajian ilmu Hadits, sangat total. Total waktu yang dihabiskan beliau untuk belajar an mengajar hadits adalah selama kurang lebih 60 tahun.Dalam kurun waktu tersebut beliau juga telah menulis lebih dari 80 kitab yang sangat tinggi nilainya dan diakui oleh para ulama di seluruh dunia. Beberapa kitab yang beliau tulis dalam bidang kajian hadits antara lain ; Awjaz al-Masalik ila Muwatta’ Imam Malik (syarah dari kitab Muwatta Imam Malik, terdiri dari 6 jilid), Lami’ al-Dirari ‘ala Jami’ al-Bukhari (syarah dari kitab Sahih Bukhari), Syarah Muslim (syarah Sahih Imam Muslim), Juz’ Hajjat al-Wida’ wa ‘Umrat al-Nabi (Berisi tentang detilnya haji dan umroh yang dilakakukan oleh rasulullah SAW, juga memuat tentang masalah hukum haji, lokasi, dan tempat-tempat yang pernah dilalui atau disinggahi oleh Rasuulllah SAW), Khasa’il Nabawi Sharh Shama’il al-Tirmidhi (syarah dan komentar terhadap kitab al-Shama’il al-Muhammadiyya-nya Imam Tirmidzi yang beris tentang detil hadits-hadits yang berkenaan dengan peri kehidupan Nabi Muhammad SAW) dan beberapa kitab lainnya.Detil lebih lengkap mengenai riwayat hidup beliau bisa dibaca di buku otobiografi beliau yang ditulis dengan cara yang unik oleh beliau sendiri dengan judul “Aap Beeti”, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Otobiografi Zakariyya Al-Kandahlawi”.***Membaca kisah belajar, mengajar, menulis, ketekunan dan semangat Maulana Zakariyya dalam pengabdiannya kepada agama, khususnya dalam ilmu hadits harusnya membuat kita menjadi malu.Pertanyaan sederhana untuk kita, apa yang telah kita lakukan untuk memajukan agama yang kita cintai ini ? Kayaknya belum melakukan apa-apa ya ? Kalau sudah begitu, rasanya menjadi sangat tidak pantas bagi kita memberi label atau cap negatif terhadap sosok-sosok seperti Maulana Zakariyya Kandahlawi, Maulana Ilyas Kandahlawi dan ulama-ulama yang lainnya.Apalagi penguasaan dan pengetahuan kita seringkali pas-pasan saja, itu pun kita mendapatkannya dari sumber terjemahan, bahkan seringkali hanya copy paste dari sumber yang tidak jelas sanadnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar